Minggu, 29 November 2009

BAHAYA CINTA UANG


BAHAYA CINTA UANG
(1 Timotius 6:9-11)


Timotius adalah rekan sekerja Paulus dalam pemberitan Injil. Paulus membawa Timotius dalam perjalanan missinya ke daerah Asia kecil, termasuk ke daerah Efesus. Dari Efesus, Paulus melanjutkan perjalanan missinya ke Makedonia, sedangkan Timotius tinggal di Efesus untuk melayani jemaat yang mereka dirikan. Timotius masih sangat muda ketika Paulus membawanya melayani ke jemaat Efesus, dan dikatakan juga bahwa Timotius masih pemula dalam pelayanan, Efesus masih tempat pertama baginya.

Tentunya sebagai pelayan yang masih pemula atau sebagai pelayan yang masih baru terjun ke jemaat, Timotius masih memerlukan bimbingan dan arahan dari Paulus sebagai pelayan yang bisa dikatakan senior dan sudah berpengalaman. Apalagi pada saat itu, di jemaat Efesus banyak para pengajar2 sesat yang mereka hadapi. Oleh karena itulah, Paulus merasa perlu untuk membimbing Timotius untuk menghadapi situasi pelayanan di Efesus.
Sehingga, dari Makedonia, Paulus menuliskan suratnya kepada Timotius untuk mengingatkan akan tugasnya sebagai pelayann yang harus menjadi teladan bagi jemaat.

Paulus bukan seorang yang alergi dengan uang, Paulus bukanlah seorang yang benci dengan kekayaan. Tuhan tidak pernah melarang kita untuk mencari kekayaan/uang. Bahkan, Tuhan sendiri memberikan kekayaan yang berlimpah kepada Ayub 2 kali lipat dari apa yang dimilikinya dahulu (bdk. Ayub 42:10). Abraham juga adalah seorang yang sangat kaya, mempunyai banyak ternak, perak dan emas (Kejadian 13:2). Demikian juga Allah menjanjikan kekayaan kepada Sion (Yesaya 61:6-7).

Mempunyai banyak uang, menjadi seorang yang kaya, itu bukan suatu dosa. tetapi apa yang menjadi dosa dari kekayaan itu ??? Ada beberapa hal yang membuat kekayaan menjadi dosa dalam hidup seseorang, antara lain:

1. Cara mendapatkan kekayaan/uang, banyak orang yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan harta kekayaan/uang. Contoh: korupsi, menipu, merampok, mencuri, bahkan banyak orang yang rela melacurkan diri demi uang, dsb.
2. Cara mempergunakan kekayaan, banyak orang menyalahgunakan harta kekayaan/uang yang dia miliki, untuk foya-foya, mabuk-mabukan, untuk main judi, bahkan juga untuk perselingkuhan yang mengancam hancurnya sebuah keluarga, dsb.
3. Akibat yang ditimbulkan kekayaan, egois: banyak orang setelah menjadi kaya raya menjadi egois, tidak peduli terhadap orang lain, menggampangkan segala urusan dengan uang, menganggap bahwa segala sesuatu itu bisa dibeli dengan uang. sombong: Dengan memiliki harta yang melimpah, seseorang sering menjadi lupa (bisa juga pura-pura lupa) terhadap orang lain yang memang sangat membutuhkan, sering juga terjadi setelah kaya lupa terhadap keluarga yang sangat membutuhkan, menjadi pelit dan kikir. Bahkan lupa kepada Tuhan; karena sibuk dengan urusan uang, sibuk menghitung-hitung kekayaan, akhirnya lupa membaca Firman Tuhan, karena sibuk dengan urusan bisnis, ibadah dan kegiatan gerejawi lainnya sering ditinggalkan, dan lain sebagainya.

Hal2 seperti inilah yang Paulus tidak inginkan terjadi di tengah2 jemaat Efesus, sehingga Paulus mengingatkan Timotius untuk mengajarkan supaya jemaat tidak menjadi "cinta uang", termasuk juga kita diingatkan supaya tidak menjadi orang2 yang "cinta uang". Kalau seseorang sudah menjadi "cinta uang" maka dia akan rela menghalalkan segara cara demi uang.

Kalaupun saat ini kita mempunyai banyak harta kekayaan/uang, Tuhan menginginkan itu bukanlah hasil dari jalan yang salah, bukan dari hasil kejahatan, bukan hasil dari korupsi, dsb. Tetapi, Tuhan menginginkan itu adalah hasil kerja kerasmu yang Tuhan berkati.

Kalaupun pada saat ini kita mempunyai harta kekayaan/uang yang banyak, marilah itu kita pergunakan pada jalan yang benar, pergunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dengan sebaik-baiknya, jangan dihambur2kan atau di foya2 kan. pergunakan juga untuk membantu orang2 yang sangat membutuhkan bantuan/pertolongan.

Kalaupun pada saat ini kita punya harta kekayaan/uang yang melimpah, marilah juga kita gunakan itu untuk pelayanan/membantu pekerjaan Tuhan, supaya firman Tuhan semakin tersebar di seluruh muka bumi.

Jangan karena kekayaan yang kita miliki, kita menjadi egois dan sombong. Tetapi ingatlah, apa yang kamu miliki pada saat ini adalah berasal dari Tuhan, itu semua adalah berkat Tuhan. Untuk itu jadilah saluran berkat di dalam hidupmu. Syalom..!

By: Pdt. Tumpal Hamonangan Lubis, STh
E_Mail: mhonank@yahoo.com
Phone: 081362217848


Sabtu, 28 November 2009

PERTOBATAN YANGSUNGGUH-SUNGGUH


LUKAS 3:7-14


Yohanes adalah seorang rasul yang dalam pengajarannya selalu menekankan atau menyerukan pertobatan. Yohanes menyerukan pertobatan yang sungguh-sungguh dan sesegera mungkin, karena Yohanes yakin Dia akan segera dating, Mesias yang menegakkan keadilan, yang akan menebang setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik dan akan dibuang ke dalam api.

Dalam pekerjaannya sebagai nabi, Yohanes adalah seorang yang tegas dan berani menegor siapapun yang hidupnya tidak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Yohanes tidak pernah takut menghadapi siapapun untuk menegor ketidak-adilan dan kebobrokan hidup, baik dikalangan atas maupun kalangan masyarakat biasa.

Dalam nas khotbah kita saat ini boleh kita lihat keberanian Yohanes untuk menegor orang banyak ketika itu dengan mengatakan: “Hai, keturunan ular beludak”. Padahal yang hadir ketika itu, bukan hanya dari kalangan masyarakat biasa, tetapi juga dari para kalangan atas. Termasuk orang-orang Farisi yang adalah orang-orang terkemuka dan dihormati. Begitu juga orang-orang Saduki yang merupakan golongan orang kaya. Tetapi, Yohanes tidak peduli, karena Yohanes bisa melihat kemunafikan orang-orang yang datang untuk minta dibaptis itu.

Yohanes bisa melihat kinerja para pegawai Romawi yang menjalankan tugasnya untuk mengambil keuntungan diri sendiri, baik para penagih pajak maupun para militer yang memeras dan menindas rakyat. Begitu juga para imam yang menyembunyikan segala kebobrokan hidupnya dibalik jubahnya. Pangkat, jabatan maupun jubah dijadikan sebagai topeng untuk menutupi segala kebobrokanhidup mereka.

Sebagai seorang nabi yang anti dan benci terhadap kemunafikan hidup, Yohanes merasa perlu untuk menegur mereka supaya bertobat dari segala dosa dan kejahatan yang mereka lakukan. Tidak semua yang datang ketika itu, datang dengan ketulusan hatinya untuk dibaptis. Masih ada yang tetap bertahan dalam kemunafikannya, menganggap dirinya tidak perlu bertobat karena mereka sidah merasa rajin dalam upacara-upacara ibadah keagamaan. Ada juga yang beranggapan, bahwa sebagai keturunan Abraham yang merupakan bapak leluhur, otomatis mereka tidak perlu bertobat lagi. Mereka sudah pasti akan diselamatkan.

Sama halnya seperti kebanyakan orang Kristen saat ini yang beranggapan; dengan memberikan persembahan kepada Tuhan melalui gereja masing-masing, rajin beribadah, termasuk memberikan sumbangan banyak-banyak ke gereja, itu sudah cukup, walaupun di tempat kerja masih suka tipu-menipu, korupsi dan saling sikat menyikat.


Ada juga yang beranggapan bahwa dengan predikat sebagai orang Kristen dan sudah dibaptis sudah otomatis akan selamat dan masuk surga. Padahal dalam hidup kesehariannya masih tetap membangun “HOTEL” berbintang. “Hosom = dendam, Teal = tinggi hati, elat dohot late = sirik atau iri”.

Untuk orang-orang seperti ini Yohanes menegor sangat keras: “Hai, kamu keturunan ular beludak”. Jangan kamu anggap Tuhan itu tidak tahu bagaimana kamu sebenarnya. Tuhan tahu semua racun dosa yang ada dalam dirimu.

Sepandai apapun kita, selicik apapun kita menyembunyikan segala kebobrokan kita, tidak ada yang lepas dari pandangan Tuhan. Dia mahatahu segala kemunafikan kita. Dan tidak ada seorang pun yang dapat luput dari murka Tuhan, kecuali mereka yang benar-benar bertobat dan menghasilkan buah-buah pertobatan.

Adapun beberapa contoh buah-buah pertobatan yang Yohanes ungkapkan di sini, yaitu:

1. Hati yang mau memberi dan berbagi (baca ayat 11). Memberi yang terbaik bagi sesama terlebih kepada Tuhan.

2. Kejujuran (baca ayat 13), tidak suka menipu ataupun korupsi.

3. Tahu mengucap syukur (baca ayat 14) yang adalah kunci supaya kita dapat menikmati berkat-berkat, yang Tuhan berikan.

Dan untuk lebih lengkapnya, buah-buah pertobatan yang Tuhan inginkan ada di dalam kehidupan kita sebagai tanda pertobatan kita adalah seperti yang tertulis dalam Galatia 5:22-23, yaitu harus ada kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan dan penguasaan diri, termasuk jangan gila hormat.

Inilah yang harus nyata dalam hidup kita sebagai bukti bahwa kita sudah benar-benar bertobat. Bukan lagi mempertinggi “HOTEL” tetapi harus membongkar habis.


Refleksi

Sebagai orang Kristen, kita sudah tahu bahwa kita tidak pernah tahu kapan hari kedatangan Tuhan yang kedua kali. Artinya, kita harus tetap setia dan siap sedia kapan pun Tuhan akan datang untuk menjemput kita.

Supaya kita ikut dalam perjamuan besar yang telah disediakanNya, kita harus tetap hidup dalam pertobatan yang sungguh-sungguh, yang dibuktikan dengan buah-buah pertobatan; yang semakin peduli terhadap sesama, membuka hati untuk memberi dan berbagi, hidup dalam kejujuran dan kebenaran yang selalu menyenangkan hati Tuhan dan juga sesama. Amin.

by: Pdt. Tumpal H. Lubis, STh
Email: mhonank@yahoo.com
Phone: 081362217848