Sabtu, 28 November 2009

PERTOBATAN YANGSUNGGUH-SUNGGUH


LUKAS 3:7-14


Yohanes adalah seorang rasul yang dalam pengajarannya selalu menekankan atau menyerukan pertobatan. Yohanes menyerukan pertobatan yang sungguh-sungguh dan sesegera mungkin, karena Yohanes yakin Dia akan segera dating, Mesias yang menegakkan keadilan, yang akan menebang setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik dan akan dibuang ke dalam api.

Dalam pekerjaannya sebagai nabi, Yohanes adalah seorang yang tegas dan berani menegor siapapun yang hidupnya tidak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Yohanes tidak pernah takut menghadapi siapapun untuk menegor ketidak-adilan dan kebobrokan hidup, baik dikalangan atas maupun kalangan masyarakat biasa.

Dalam nas khotbah kita saat ini boleh kita lihat keberanian Yohanes untuk menegor orang banyak ketika itu dengan mengatakan: “Hai, keturunan ular beludak”. Padahal yang hadir ketika itu, bukan hanya dari kalangan masyarakat biasa, tetapi juga dari para kalangan atas. Termasuk orang-orang Farisi yang adalah orang-orang terkemuka dan dihormati. Begitu juga orang-orang Saduki yang merupakan golongan orang kaya. Tetapi, Yohanes tidak peduli, karena Yohanes bisa melihat kemunafikan orang-orang yang datang untuk minta dibaptis itu.

Yohanes bisa melihat kinerja para pegawai Romawi yang menjalankan tugasnya untuk mengambil keuntungan diri sendiri, baik para penagih pajak maupun para militer yang memeras dan menindas rakyat. Begitu juga para imam yang menyembunyikan segala kebobrokan hidupnya dibalik jubahnya. Pangkat, jabatan maupun jubah dijadikan sebagai topeng untuk menutupi segala kebobrokanhidup mereka.

Sebagai seorang nabi yang anti dan benci terhadap kemunafikan hidup, Yohanes merasa perlu untuk menegur mereka supaya bertobat dari segala dosa dan kejahatan yang mereka lakukan. Tidak semua yang datang ketika itu, datang dengan ketulusan hatinya untuk dibaptis. Masih ada yang tetap bertahan dalam kemunafikannya, menganggap dirinya tidak perlu bertobat karena mereka sidah merasa rajin dalam upacara-upacara ibadah keagamaan. Ada juga yang beranggapan, bahwa sebagai keturunan Abraham yang merupakan bapak leluhur, otomatis mereka tidak perlu bertobat lagi. Mereka sudah pasti akan diselamatkan.

Sama halnya seperti kebanyakan orang Kristen saat ini yang beranggapan; dengan memberikan persembahan kepada Tuhan melalui gereja masing-masing, rajin beribadah, termasuk memberikan sumbangan banyak-banyak ke gereja, itu sudah cukup, walaupun di tempat kerja masih suka tipu-menipu, korupsi dan saling sikat menyikat.


Ada juga yang beranggapan bahwa dengan predikat sebagai orang Kristen dan sudah dibaptis sudah otomatis akan selamat dan masuk surga. Padahal dalam hidup kesehariannya masih tetap membangun “HOTEL” berbintang. “Hosom = dendam, Teal = tinggi hati, elat dohot late = sirik atau iri”.

Untuk orang-orang seperti ini Yohanes menegor sangat keras: “Hai, kamu keturunan ular beludak”. Jangan kamu anggap Tuhan itu tidak tahu bagaimana kamu sebenarnya. Tuhan tahu semua racun dosa yang ada dalam dirimu.

Sepandai apapun kita, selicik apapun kita menyembunyikan segala kebobrokan kita, tidak ada yang lepas dari pandangan Tuhan. Dia mahatahu segala kemunafikan kita. Dan tidak ada seorang pun yang dapat luput dari murka Tuhan, kecuali mereka yang benar-benar bertobat dan menghasilkan buah-buah pertobatan.

Adapun beberapa contoh buah-buah pertobatan yang Yohanes ungkapkan di sini, yaitu:

1. Hati yang mau memberi dan berbagi (baca ayat 11). Memberi yang terbaik bagi sesama terlebih kepada Tuhan.

2. Kejujuran (baca ayat 13), tidak suka menipu ataupun korupsi.

3. Tahu mengucap syukur (baca ayat 14) yang adalah kunci supaya kita dapat menikmati berkat-berkat, yang Tuhan berikan.

Dan untuk lebih lengkapnya, buah-buah pertobatan yang Tuhan inginkan ada di dalam kehidupan kita sebagai tanda pertobatan kita adalah seperti yang tertulis dalam Galatia 5:22-23, yaitu harus ada kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan dan penguasaan diri, termasuk jangan gila hormat.

Inilah yang harus nyata dalam hidup kita sebagai bukti bahwa kita sudah benar-benar bertobat. Bukan lagi mempertinggi “HOTEL” tetapi harus membongkar habis.


Refleksi

Sebagai orang Kristen, kita sudah tahu bahwa kita tidak pernah tahu kapan hari kedatangan Tuhan yang kedua kali. Artinya, kita harus tetap setia dan siap sedia kapan pun Tuhan akan datang untuk menjemput kita.

Supaya kita ikut dalam perjamuan besar yang telah disediakanNya, kita harus tetap hidup dalam pertobatan yang sungguh-sungguh, yang dibuktikan dengan buah-buah pertobatan; yang semakin peduli terhadap sesama, membuka hati untuk memberi dan berbagi, hidup dalam kejujuran dan kebenaran yang selalu menyenangkan hati Tuhan dan juga sesama. Amin.

by: Pdt. Tumpal H. Lubis, STh
Email: mhonank@yahoo.com
Phone: 081362217848

Tidak ada komentar:

Posting Komentar