Jumat, 14 Mei 2010

GIAT DALAM PEKERJAAN TUHAN

1 RAJA-RAJA 17:7-16

Elia bekerja sebagai Nabi Allah pada abad ke-9 sM di Israel. Dalam bahasa Ibrani nama Elia disebut dengan ‘eliyyahu’ atau ‘ellyya’, dan dalam bahasa Yunani disebut Eleiou atau Eleias yang artinya ‘Yah-lah El’ atau YHWH-lah Allah. Dia berasal dari Tisbe, tepatnya Tisbe-Gileat. Sesuai arti namanya, Dia adalah orang yang sungguh-sungguh mengaku keberadaan Allah dan bukan cuma itu, tetapi dia mewujudkan pengakuannya itu dengan pekerjaan dan perbuatannya. Oleh karena kesetiaannya kepada Allah, dia diangkat ke Surga oleh Allah tanpa mengalami proses kematian (2 Raja-raja 2:1-18).


Dalam hal ini tidak ada penjelasan secara detail mengapa pada saat itu tiba-tiba Elia bernubuat tentang kekeringan yang akan terjadi (tetapi yang jelas Nabi Elia bernubuat atas suruhan Allah), begitu juga alasan tentang nubuatan itu. Namun, seperti pada umumnya hukuman diberikan oleh karena pelanggaran terhadap perintah Tuhan. Bukan hal yang asing lagi bagi kita (yang rajin membaca Alkitab), bahwa memang bagsa Israel adalah bangsa yang seringkali berontak dan tidak taat terhadap Tuhan.

Atas perintah Allah, Elia tinggal di tepi sungai Kerit di sebelah timur sungai Yordan. Di sana Allah mencukupkan segala kebutuhannya tanpa kekurangan dengan penuh mujizat (1 Raj. 17:6). Namun, ketika sungai Kerit mengalami kekeringan karena hujan yang tidak kunjung turun di negeri itu (seperti yang telah dinubuatkan), Allah memerintahkan Elia untuk pergi ke Sarfat (Sarfat pada awalnya masih berada di wilayah Sidon, yang kemudian beralih menjadi ke wilayah Tirus). Allah memerintahkan Elia untuk menetap di Sarfat karena Allah sudah menentukan seseorang sebagai perantara untuk mencukupi kebutuhannya (karena yang memberikan setiap kebutahan kita adalah Allah), yaitu seorang janda yang tinggal bersama seorang anaknya. Janda tersebut bekerja hanya sebagai pencari kayu baker dan dikatakan bahwa janda ini sangat miskin dan bahkan persediaan makanannya hanya tinggal/cukup sekali makan lagi bersama anaknya (ayat 12). Walaupun pada awalnya janda miskin sepertinya menolak permintaan Nabi Elia ketika meminta makanan, tetapi ketika Nabi Elia mulai meyakinkannya tentang kuasa Allah (dan memang dialah orang yang telah ditentukan Allah sebagai saluran berkat bagi Elia dalam hal segala kebutuhannya), akhirnya janda miskin itu pun meuruti permintaan Elia untuk menyediakan makanan (ayat15), walaupun menurut pengakuannya hanya itulah merupakan kebutuhan terakhir yang dia punya (bandingkan dengan persembahan yang diberikan janda miskin (Markus 12:41-44): yang memberikan seluruh hidupnya sebagai persembahannya kepada Tuhan).

Yang sangat perlu kita perhatikan dalam hal ini, yaitu perkataan Nabi Elia dalam ayat 13: “….., tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya (tepung yang tinggal segenggam lagi), dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan anakmu.” Dalam hal ini Nabi Elia bukan untuk menunjukkan kekuasaannya dan minta diutamakan, tetapi Elia mau mengajarkan kepada janda miskin itu (juga kepada kita saat ini) untuk membuang sifat egoisme atau lebih mementingkan dirinya terlebih dahulu, baru ketika memungkinkan atau ada sisa baru memberikan kepada orang lain, atau mungkin juga yang kita berikan kepada Tuhan. Elia juga mau mengajarkan, janganlah kekhawatiran kita menjadi penghalang bagi kita untuk melakukan sesuatu yang baik bagi orang lain, jika perlu kita dituntut untuk rela berkorban demi menolong orang lain, apalagi orang tersebut adalah hamba Tuhan seperti halnya yang dilakukan jandi miskin terhadap Nabi Elia, karena memang Tuhan telah mempercayakan mereka sepenuhnya kepada para jemaat, termasuk kebutuhannya. Maka setiap kita akan ditambahkan berkat berlipat ganda.


1. Tidak ada alasan bagi orang yang beriman ketika dituntut untuk memberikan yang tebaik bagi Tuhan, baik secara materi untuk keperluan penyebaran Firman Tuhan dan juga hati, pikiran, waktu dan tenaga untuk berkarya/melayani di ladang-Nya (1 Korintus 15:58, Wahyu 2:2-5).

2. Setiap jemaat Tuhan diberi tanggungjawab untuk memperhatikan segala keperluan dan kebutuhan para pelayan Tuhan dan Tuhan akan memberkati Jemaat yang melakukannya dengan setia (bdk. 1 Raja-raja 17:15-16, Markus 6:7-11).

3. Ketakutan atau kekhawatiran, terutama egoisme (mementingkan diri sendiri) akan menghambat kita untuk berkarya, dan melayani, serta memberikan yang terbaik bagi Tuhan (Matius 6:25-34).


Sesungguhnya setiap kita diberikan tanggungjawab yang sama untuk melakukan seperti di point 1 dan 2. Tetapi, banyak orang Kristen saat ini yang tidak melakukannya dengan sungguh-sungguh oleh karena rasa khawatir dan egoisme, seperti pada point 3. Oleh karena itu, biarlah berdasarkan firman Tuhan ini membuka hati dan pikiran kita untuk melakukan setiap tanggungjawab yang telah Tuhan berikan bagi kita (tentunya dengan penuh iman) supaya kita memperoleh berkat melimpah, seperti janda di Sarfat ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar